Malam sebelumnya, Masih duduk berdua beralaskan kerikil lepas sesekali kau mengacak rambutku membuatnya sedikit terkoyak. Malam begitu dingin dan kita terlarut dalam diam.
"Memang benar jika langit adalah kitab yang terbentang, kau tau kan? rasi bintang layang-layang selalu berada di selatan arah yang akan dicari para pelaut dan penjelajah alam jika mereka sudah berada di antar brantah, rasi gubuk penceng, Ziderkruis sungguh indah kuasa Tuhan" Kau berkata menunju ke arah rasi itu. Kepalaku telah sempurna bersandar dipundakmu. Tak peduli kau berkata apa hanya suara 'ya' lirih sebagai pertanda aku mendengarkanmu, selebihnya mataku terpejam benakku mencari lorong hati dimana kegundahan hati kemudian menghempasnya dengan segenap kerinduan yang terpendar oleh kehadiranmu.
"Oh iya, aku punya cerita tentang bintang capricorn, faktanya capricorn dan cancerlah membelah bumi menjadi dua bagian.kisah menarik dari bintang Capricorn bahwa rasi bintang Capricorn adalah penjelmaan dari Aegipan, putra Jupiter dari Aix, seekor kambing betina, yang berwujud kambing". Kau terus menceritakan pengetahuanmu tentang ilmu falak.
'Hemm' lagi-lagi hanya itu yang keluar dari pita suaraku bahkan aku tak mempersilakan suara itu melewati mulut yang sedari tadi terkatup, sengaja diam.
"Kau tak suka dengan ceritaku?" sepertinya kau mulai sedikit kesal dengan apa yang ku lakukan. aku mengangkat kepalaku dan tersenyum simpul padamu. kau balas dengan senyum tanda tanya. kusandakan lagi kepalaku di pundakmu. Sayangnya, kau membiarkanku tetap dengan posisi ini membuatku larut dengan kenyamananku sendiri.
-@-
Pagi seletah terlewat dua malam.
jalanan masih begitu sepi, aku berjalan menyusuri gang dan tas ransel berisi beberapa modul kulaih ikut bergoyang mengikuti langkahku cepat. Kulihat jam di pergelangan 06.56, 'kurang empat menit' aku bergumam. tiba-tiba ada yang memburuku dari belakang, ternyata dirimu.
"Ini apa, Fay?" aku masih penasaran sesuatu yang kau berikan, lebih mirip seutas tali sepatu. "kalung untukmu,Key!" nadanya sedikit bercanda tapi sepertinya ikhlas diberikan untukku. "aku terlalu sibuk hingga mungkin sulit untuk bertemu denganmu, hadiah ulang tahun untukmu aku tahu masih lama. huruf 'F 'untuk Fayruz, namaku agar kau selalu ingat padaku. sampai jumpa."
Kau tak memberi waktu untuk ucapkan terimakasih ataupun selamat tinggal atau bakhan pertanya kenapa. aku hanya bisa melihat punggungmu menjauh dari caramu berlari kau sedang terburu-buru. Ada kebingungan yang mengganjal. Kenapa, ada apa??
-@-"Ini apa, Fay?" aku masih penasaran sesuatu yang kau berikan, lebih mirip seutas tali sepatu. "kalung untukmu,Key!" nadanya sedikit bercanda tapi sepertinya ikhlas diberikan untukku. "aku terlalu sibuk hingga mungkin sulit untuk bertemu denganmu, hadiah ulang tahun untukmu aku tahu masih lama. huruf 'F 'untuk Fayruz, namaku agar kau selalu ingat padaku. sampai jumpa."
Kau tak memberi waktu untuk ucapkan terimakasih ataupun selamat tinggal atau bakhan pertanya kenapa. aku hanya bisa melihat punggungmu menjauh dari caramu berlari kau sedang terburu-buru. Ada kebingungan yang mengganjal. Kenapa, ada apa??
Beberapa bulan berlalu.. "Key, kau tahu gosip tentang Fayruz si Jenius Flamboyan itu?" Riani menggeser kursi perpustakaan mmenyandingiku,dia memang tak pernah tahu tentang dramaku dengan lelaki itu karena memang sengaja tak kami umbar sekalipun dia telah lulus tp aku masih semester enam. "tentang apa?" hampir aku loncat menghampur dan menerkam Riani untuk segera tau berita itu. "Fayruz dipaksa menikahi perempuan yang dihamili adiknya, demi keluarganya, kasian ya??" "apa??!" Aku tertegun bagai patung di candi, Riani tak tau apa yang berkecamuk di hatiku, mungkin dia pikir hanya akan merasa kasian seperti dirinya.
-@-
Kau memutuskan segala akses komunikasi denganku. aku yang begitu mengenal dirimu. kau lulusan terbaik di Fakultas Geografi tahun ini, aku pikir mungkin kau sedang magang atau kau sedang memburu beasiswa luar negeri seperti yang sering kau katakan padaku. aku lebih memilih diam dan menunggu. tapi ternyata yg terjadi, hatiku seperti tersayat pedang tajam. Malam tetap saja dingin. aku terus saja memandang rasi itu Ziderkruis dulu kau bilang. sayangnya kau tak pernah menjelaskanku sebelumnya tentang sudut paralaks padaku atau kau pernah menjelaskan tapi karena egoku yang selalu tenang berada di dekapmu hingga aku tak pernah mau mendengar jika kau mengatakan.
Semakin terlihat dekat ternyata semakin jauh letak bintang, seajauh hamparan kaki langit. ***
No comments:
Post a Comment