Tuesday, March 2, 2010

beribu bukit

"Sampai juga akhirnya Wir, lihatlah berjalan dari bawah sampai bukit nan tinggi ini saja sampai apalagi menuntut ilmu walaupun mulai dari nol suatu saat pasti akan sampai ke puncak tertinggi cita-cita" ucap kang Tarmin bernada menggurui sambil mengibas-ngibaskan topi lusuh berwarna merah yang berlogo Tut Wuri Handayani sebenarnya itu topiku tapi sudah setahun kutanggalkan karna aku sudah hampir kelas 2 SMP.
"Mau urusan saja kau sola ilmu kang, SD saja kau tak lulus", jawabku ketus dengan nada mengejek.
Kang Tarmin adalah kakak sepupuku ibunya adalah kakak sulung ibuku. Sudah sejak dia berumur empat tahun ibunya mengalami sakit jiwa karena itulah ayah kang Tarmin pergi transmigrasi ke Jayapura dan sampai sekarang kang Tarmin 36 tahun umurnya tak kunjung kelihatan batang hidung ayahnya. Kabar dari Tetangga yang sudah 10 tahun berada disana dan pulang saat hari raya Idul Fitri katanya ayah kang Tarmin sudah menikah dengan sesama transmigrasi asal Tegal janda beranak tujuh yang ditinggal mati oleh suaminya yang meninggal karena terpatuk ular kobra jantan. Sejak kang Tarmin berumur empat tahunlah dia bersama keluargaku. Aku lima bersaudar nomor satu dan dua perempuan sisanya laki-laki semua kebetulan aku yang bungsu.
" kau jangan remehkan kakangmu ini, aku memang tak lulus SD tapi aku bisa baca tulis, setiap aku membersihkan perpustakaan di SD Juru Tengah selalu kusempatkan pinjam buku sama Bowo dan setiap kali aku bersih-bersih kantor aku pinjam korannya kepala sekolah" Dia memang bekerja sebagai panjaga sekolah. Setiap pagi habis sholat subuh dia pergi ke SD juru Tengah pulang menjelang maghrib bahkan sering kali sampai isya. SD Juru Tengah satu-satunya SD di kecamatan Buayan Muridnya berjubal banyak sekali sehingga dibuka jam sore juga.....
Kawan...besambung dulu ya? ngantuk sangat niih

No comments:

Post a Comment