Cinta
anak belok tak kan abadi
Cinta
anak belok hanya sesaat
Well,
quote diatas gue dapet dari ngutip yang entah siapa yang nulis tapi yang
jelas itu mahakarya pemikiran anak belok. Tulisan ini punya keyword yang pasti lu semua udah tau, yup! BELOK! Tapi
mungkin dari elu semua ada yang gak tau apa sih belok? Barang macam apa sih? Atau,
makanan seperti apa sih? Terlepas dari makna leksikal atau makna gramatikal
begitupun makna konotasi ataupun denotasi bahkan dari sudut etimologi atau
bahkan lagi dari kamus bahasa Indonesia. Saking kreatifnya orang Indonesia atau
bisa jadi saking gak punya kerjaanya maka seringkali metamorphosis makna
katapun menjadi lumrah dan sah. Missal aja kata ‘sesuatu’ udah jelas berdasarkan
EYD itu kata benda pake ditamah ‘banget’. Benar-benar salah kaprah! Lupakan
soal ‘sesuatu’nya Miss lebay Indonesia. Kita balik lagi ke belok, gue punya
kisah dimana belok ini punya makna yang baru yang oleh komunitasnya menjadi ciri
atau semacam symbol bagi komunitas itu sendiri. Semacam lambang dalam sebuah
organisasi (kok nglantur!)
Kalau kata orang hidup adalah pilihan maka
sudah pasti gak akan Cuma satu yang ada di depan kita. Banyak. Lalu bagaimana
dengan cinta? Bicara soal cinta, gue adalah orang yang percaya bahwa cinta tak
hanya satu dan cinta tak berjenis satu. Ajaibnya, soal, perasaan, emosi dan hasrat
dapat menjadi variabel yang menempel pada inang bernama CINTA. Soal watak, karakter, tingkah laku ini
merupakan bentukan dari berbagai faktor termasuk lingkungan dan keluarga itupun
dapat membangun bagaimana arti cinta dan jenis cinta yang masing-masing
individu, tentu saja itu hanya hipotesis gue.
Pernah
gak sih elu ketemu sama orang tomboy atau mungkin elu sendiri yang tomboy? Terus
apa yang elu pikiring ‘bout orang tomboy atau apa yang elu pikirin terhadap lu
sediri sebagai orang tomboy?
Karena musti gue akui sendiri bahwa gue
ini bisa dikatakan tomboy. Tanya kenapa ? gue kelewat tomboy malah, pernah
suatu ketika ada lelaki tetangga desa
putus cinta dan gentayangan di depan rumah gue terus gue ajakin berantem.
(dudulnya, udah tau orang mabok pake diajak berantem !) pernah juga waktu
SMP gue nutup jendela kamar yang tingginya
sekitar dua kali tinggi badan gue waktu itu gue dramatisir layaknya
gedung menara petronas gue naik layanya spiderman dan turun layaknya Lara
Croft, yeah Angelina jolie di film Tomb Raider, sayangnya karena posisi kaki
dan lutut gak lurus akhirnya tempurung lutut gue geser dan sampe sekarang
setiap mendaki gunung gue spesialis bisa naik gak bisa turun ( bagi para
pendaki pasti tau alasan antara kerusakan sendi lutut sama turun dari
ketinggian, termasuk mantan kekasih gue yang setia menuntun gue+gendongin
Carrier gue waktu itu ecieeeee J)
Entah apa yang kedua orang tua gue
panjatkan kepada Tuhan waktu menginginkan gue hadir di bumi ini atau mungkin
gue yang salah gaul sampe punya tomboy gak ketulungan sampe-sampe dulu waktu TK
gue ng-fans abis sama yang namanya Jiban serial anak dai Jepang jaman bahela dimana
ada manusia baja pembela kebenaran dan gue selalu percaya bahwa di setiap
langkah dan hal yang gue lakuin pasti selalu ditemani si jiban sampe-sampe
sering ngobrol sendiri layaknya jiban selalu mendapingi bahkan ketika kegiatan
senam pagi setiap hari senin bersama bu Guru ! lebih aneh lagi ketika gue
cemburu sama gadis cilik bernama Mayumi yang selalu ditolong Jiban, tentu saja
itu hanya di TV. Haish, cinta monyet segitiga yang absurd ! oke lupakan
soal tomboy dan tololnya gue waktu dulu bahkan kalo bisa gue pengen kembali
lagi ke masa itu dan bilang ke orang tuanya kalau di otak anak itu ada syaraf
yang sedikit terpelintir dan mohon untuk segera diperbaiki.
Saat gue kuliah dimana pergaulan semakin
luas dan berbagai karakter temen gue temui dan disinilah gue semakin menelaah
mendalami tentang berbagai arti cinta dan jenis cinta tentu saja termasuk cinta lawan jenis dan sejenis. Lho, sejenis ?
Suatu ketika gue kenal cewek namanya
Anjani, sebelum lu ketemu orangnya pasti lu bisa bayangin karakter sosok Anjani
seperti apa, dari namanya. Feminine bukan ? yup gue juga nyangka begitu
tapi kenyataan lain dia tomboy abis. Ndilalahnya saat pertama ketemu
posisi gue yang gak pake krudung dia tau kalau gue yaaa..bisa dikatakan bergaya
‘tomboy’ begitu dan yang gue nggak tau
entah apa yang dia pikirkan ‘bout gue. bicara soal cinta, emosi dan hasrat
kembali adalah misteri yang di dalamnya sungguh benar-benar rumit hingga pelaku cinta sendiri pasti akan
bingung sebenarnya cinta itu apa dan bekerja semacam apa. Jujur, (waktu itu) semakin gue punya ketertarikan untuk semakin
mendekati anak ini dengan rasa penasaran gue tentang seperti apa sebenarnya
cinta sejenis yang sekarang semakin menjamur dikalangan anak remaja Indonesia. Ya,
dia masuk dalam komunitas pencinta sesama jenis dan mereka menyebutnya, BELOK
sebagai suatu kesadaran penyimpangan yang mereka lakukan. Haha ! ada
banyak alasan ketika seseorang bisa menjadi belok dengan berbagai faktor
tentunya dan menurut pengamatan gue tentunya belum teruji secara klinis oleh
seorang ahli tapi gue pernah mengujinya dimana setiap orang punya potensi
belok. Yup, suatu ketika gue ngobrol ‘bout belok ke temen gue dia cewek yang
posisinya dia sedang putus cinta dengan pasangan lawan jenisnya dalam keadaan
kita berenang bareng dimana gue bergaya tomboy dan tiba-tiba dia menghentikan obrolan gue, ‘plis,
hentikan ngobrol soal belok karena semakin lu cerita ada indikasi gue mulai
suka sama lu dan ini bahaya !’ sambil dia berlalu pergi masuk kamar ganti. Di bawah shower gue terbengong. Diem.
Cerita Anjani tentang lika-liku hubungan
lawan jenis selalu gue cerna melalui prespektif gue sendiri. Soal perhatian gue
rasa memang gak pandang jenis kelamin kepada siapa saja dan jujur gue juga
punya rasa perhatian ke Anjan.i entah sebagai adik, teman dan ataupun faktor x
yang terkadang sulit dicerna dengan akal rasional yang didalamnya dapat
menimbulkan ketenangan, rasa senang, dan tersayangi ya itu lumrah saja, bukan?Tapi mungkin rasa itulah
yang oleh komunitas belok ini dikembangkan dan terdefinisikan menjadi cinta,
terlahir menjadi suatu ikatan hubungan layaknya normal pertemuan kutub yang berbeda
dan saling bertemu, menyalahi kodrat ? itu pasti, namun siapa yang bisa
mendefinisikan kesalahannya ? gue rasa tak akan ada titik temu selama setiap pihak dari yang mengaku
mereka normal ataupun belok saling membenarkan dan menguatkan alasan
masing-masing. Cinta sesama jenis dan cinta lawan jenis punya potensi yang sama
dalam patah hati dan terluka.
Segala makna dan jenis cinta sudah pasti
mengakar pada cinta sejati dari Tuhan sang Pencipta dan hanya cinta sejatilah
yang akan selalu abadi untuk selamanya.
Nye_
22/04/2013