"Sampai juga akhirnya Wir, lihatlah berjalan dari bawah sampai bukit nan tinggi ini saja sampai apalagi menuntut ilmu walaupun mulai dari nol suatu saat pasti akan sampai ke puncak tertinggi cita-cita" ucap kang Tarmin bernada menggurui sambil mengibas-ngibaskan topi lusuh berwarna merah yang berlogo Tut Wuri Handayani sebenarnya itu topiku tapi sudah setahun kutanggalkan karna aku sudah hampir kelas 2 SMP.
"Mau urusan saja kau sola ilmu kang, SD saja kau tak lulus", jawabku ketus dengan nada mengejek.
Kang Tarmin adalah kakak sepupuku ibunya adalah kakak sulung ibuku. Sudah sejak dia berumur empat tahun ibunya mengalami sakit jiwa karena itulah ayah kang Tarmin pergi transmigrasi ke Jayapura dan sampai sekarang kang Tarmin 36 tahun umurnya tak kunjung kelihatan batang hidung ayahnya. Kabar dari Tetangga yang sudah 10 tahun berada disana dan pulang saat hari raya Idul Fitri katanya ayah kang Tarmin sudah menikah dengan sesama transmigrasi asal Tegal janda beranak tujuh yang ditinggal mati oleh suaminya yang meninggal karena terpatuk ular kobra jantan. Sejak kang Tarmin berumur empat tahunlah dia bersama keluargaku. Aku lima bersaudar nomor satu dan dua perempuan sisanya laki-laki semua kebetulan aku yang bungsu.
" kau jangan remehkan kakangmu ini, aku memang tak lulus SD tapi aku bisa baca tulis, setiap aku membersihkan perpustakaan di SD Juru Tengah selalu kusempatkan pinjam buku sama Bowo dan setiap kali aku bersih-bersih kantor aku pinjam korannya kepala sekolah" Dia memang bekerja sebagai panjaga sekolah. Setiap pagi habis sholat subuh dia pergi ke SD juru Tengah pulang menjelang maghrib bahkan sering kali sampai isya. SD Juru Tengah satu-satunya SD di kecamatan Buayan Muridnya berjubal banyak sekali sehingga dibuka jam sore juga.....
Kawan...besambung dulu ya? ngantuk sangat niih
Tuesday, March 2, 2010
Monday, March 1, 2010
Pagi yang begitu cerah dengan semburat cahaya sang surya mulai mengintip kos pelangi dari celah tempat jemuran baju. aku sedang melamun menatap langit pandanganku kosong, tiba-tiba ati bertanya padaku membuat lamunanku buyar seketika,"kau ada kuliah hari ini?"
"ada nanti jam 8 sampa jam 11", jawabku bohong.
sudah hampir setahun aku mangais ilmu di kota satelit ini dan aku masih belum menemukan jati diriku, masih goyah layaknya rumput yang diterpa angin topan.
"begegaslah mandi", ucapnya
aku segera menyeret handuk robekku dan malas-malas masuk kamar mandi. Masih belum jelas kenapa aku berbohong tapi yang pasti itu semua kulakukan untuk menutupi kecurigaan teman-teman kosku kalau hari ini aku bolos kuliah lagi.
terdengar sayup-sayup winamp dari laptop bututku memainkan ngelmu pringnya jogja hiphop.ada yang menyentuh dari syair lagu hiphop yang dinyanyikan rapper jogja yg masih menghargai budaya luhur budaya jawa ini,
pring cendani, urip iku wani (bambu cendani, hidup harus berani)
wani ngadhepi aja mlayu mergo wedi (berani menghadapi jangan lari karena takut)
melihat jam di hapeku 07.25 sudah saatnya ku berangkat ke kampus, teman-teman juga sudah siap menungguku di depan pintu. kami berjalan menyusuri lorong menyebrangi jalan raya yang teramat ramai hingga harus berhati-hati menyebrang karena jika kita lengah bisa-bisa kita tersambar motor orang-orang yang sedang terburu-buru berangkat ke kantor. Penjalanan masih berlanjut menyusuri mall berjalan beruntun di gang senggol, kau tau kawan kenapa dinamakan gang senggol? karena gang itu sempit namun sepanjang gang itu digunakan sebagai tempat usaha : jualan bakso, jasa foto copy, warnet,warung makan juga merupakan akses masuk kampus yang sangat ramai dilewati mahasiswa dan orang-orang yg berkepentingan jadi kalo kita lewat tak jarang kita senggol-senggolan entah tangan, pinggul bahkan jidat kita bisa juga senggolan dengan orang lain jika kita jalannya nunduk terus.
sampailah kami di halte bikun yaitu bis berwarna kuning milik UI yang dengan bersahajanya tanpa menarik biaya sepeserpun cukup kita membayar 100 ribu per semester maka selain fasilitas lain kita juga dapat menikmati fasilitas bikun ini secara gratis dan tahukah kawan bagi kau yang tak kuliah disitu juga bisa naik bis itu gratis tanpa mengeluarkan ongkos sepeserpun, ya itu juga fasilitas umum yang bisa dinaiki siapa saja. Kapan-kapan kau harus coba kawan karena selain gratis bis itu punya pintu otomatis yang bisa menutup dan membuka sendiri juga kamu bisa ngadem karena dilengkapi dengan AC juga.
Bus itu datang terkesiap aku mendekat di pintu sambil menunggu mareka yang ingin turun baru aku naik menuju kampus FIB.
Ya sudah bisa ditebak kawan bahwa aku ini mahasiwsi UI Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, aku masuk jurusan Ilmu Perpustakaan dan inilah masalah ku.
Berada di lembah peradaban intelektual bisa kuliah di Universitas Negeri dengan biaya murah merupakan idaman siapa saja yang ingin kliah...dan harapan orang tua bagi mereka yang ingin anaknya menggapai cita-cita nan luhur. namun siapa sangka aku tak mampu beradaptasi dengan keadaan..
bersambung.
"ada nanti jam 8 sampa jam 11", jawabku bohong.
sudah hampir setahun aku mangais ilmu di kota satelit ini dan aku masih belum menemukan jati diriku, masih goyah layaknya rumput yang diterpa angin topan.
"begegaslah mandi", ucapnya
aku segera menyeret handuk robekku dan malas-malas masuk kamar mandi. Masih belum jelas kenapa aku berbohong tapi yang pasti itu semua kulakukan untuk menutupi kecurigaan teman-teman kosku kalau hari ini aku bolos kuliah lagi.
terdengar sayup-sayup winamp dari laptop bututku memainkan ngelmu pringnya jogja hiphop.ada yang menyentuh dari syair lagu hiphop yang dinyanyikan rapper jogja yg masih menghargai budaya luhur budaya jawa ini,
pring cendani, urip iku wani (bambu cendani, hidup harus berani)
wani ngadhepi aja mlayu mergo wedi (berani menghadapi jangan lari karena takut)
melihat jam di hapeku 07.25 sudah saatnya ku berangkat ke kampus, teman-teman juga sudah siap menungguku di depan pintu. kami berjalan menyusuri lorong menyebrangi jalan raya yang teramat ramai hingga harus berhati-hati menyebrang karena jika kita lengah bisa-bisa kita tersambar motor orang-orang yang sedang terburu-buru berangkat ke kantor. Penjalanan masih berlanjut menyusuri mall berjalan beruntun di gang senggol, kau tau kawan kenapa dinamakan gang senggol? karena gang itu sempit namun sepanjang gang itu digunakan sebagai tempat usaha : jualan bakso, jasa foto copy, warnet,warung makan juga merupakan akses masuk kampus yang sangat ramai dilewati mahasiswa dan orang-orang yg berkepentingan jadi kalo kita lewat tak jarang kita senggol-senggolan entah tangan, pinggul bahkan jidat kita bisa juga senggolan dengan orang lain jika kita jalannya nunduk terus.
sampailah kami di halte bikun yaitu bis berwarna kuning milik UI yang dengan bersahajanya tanpa menarik biaya sepeserpun cukup kita membayar 100 ribu per semester maka selain fasilitas lain kita juga dapat menikmati fasilitas bikun ini secara gratis dan tahukah kawan bagi kau yang tak kuliah disitu juga bisa naik bis itu gratis tanpa mengeluarkan ongkos sepeserpun, ya itu juga fasilitas umum yang bisa dinaiki siapa saja. Kapan-kapan kau harus coba kawan karena selain gratis bis itu punya pintu otomatis yang bisa menutup dan membuka sendiri juga kamu bisa ngadem karena dilengkapi dengan AC juga.
Bus itu datang terkesiap aku mendekat di pintu sambil menunggu mareka yang ingin turun baru aku naik menuju kampus FIB.
Ya sudah bisa ditebak kawan bahwa aku ini mahasiwsi UI Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, aku masuk jurusan Ilmu Perpustakaan dan inilah masalah ku.
Berada di lembah peradaban intelektual bisa kuliah di Universitas Negeri dengan biaya murah merupakan idaman siapa saja yang ingin kliah...dan harapan orang tua bagi mereka yang ingin anaknya menggapai cita-cita nan luhur. namun siapa sangka aku tak mampu beradaptasi dengan keadaan..
bersambung.
Subscribe to:
Posts (Atom)