Monday, April 22, 2013

Belok kiri? ikuti lampu!


Cinta anak belok tak kan abadi
Cinta anak belok hanya sesaat

Well, quote diatas gue dapet dari ngutip yang entah siapa yang nulis tapi yang jelas itu mahakarya pemikiran anak belok. Tulisan ini punya keyword  yang pasti lu semua udah tau, yup! BELOK! Tapi mungkin dari elu semua ada yang gak tau apa sih belok? Barang macam apa sih? Atau, makanan seperti apa sih? Terlepas dari makna leksikal atau makna gramatikal begitupun makna konotasi ataupun denotasi bahkan dari sudut etimologi atau bahkan lagi dari kamus bahasa Indonesia. Saking kreatifnya orang Indonesia atau bisa jadi saking gak punya kerjaanya maka seringkali metamorphosis makna katapun menjadi lumrah dan sah. Missal aja kata ‘sesuatu’ udah jelas berdasarkan EYD itu kata benda pake ditamah ‘banget’. Benar-benar salah kaprah! Lupakan soal ‘sesuatu’nya Miss lebay Indonesia. Kita balik lagi ke belok, gue punya kisah dimana belok ini punya makna yang baru yang oleh komunitasnya menjadi ciri atau semacam symbol bagi komunitas itu sendiri. Semacam lambang dalam sebuah organisasi (kok nglantur!)

Kalau kata orang hidup adalah pilihan maka sudah pasti gak akan Cuma satu yang ada di depan kita. Banyak. Lalu bagaimana dengan cinta? Bicara soal cinta, gue adalah orang yang percaya bahwa cinta tak hanya satu dan cinta tak berjenis satu. Ajaibnya, soal, perasaan, emosi dan hasrat dapat menjadi variabel yang menempel pada inang bernama CINTA.  Soal watak, karakter, tingkah laku ini merupakan bentukan dari berbagai faktor termasuk lingkungan dan keluarga itupun dapat membangun bagaimana arti cinta dan jenis cinta yang masing-masing individu, tentu saja itu hanya hipotesis gue.

Pernah gak sih elu ketemu sama orang tomboy atau mungkin elu sendiri yang tomboy? Terus apa yang elu pikiring ‘bout orang tomboy atau apa yang elu pikirin terhadap lu sediri sebagai orang tomboy?
Karena musti gue akui sendiri bahwa gue ini bisa dikatakan tomboy. Tanya kenapa ? gue kelewat tomboy malah, pernah  suatu ketika ada lelaki tetangga desa putus cinta dan gentayangan di depan rumah gue terus gue ajakin berantem. (dudulnya, udah tau orang mabok pake diajak berantem !) pernah juga waktu SMP gue nutup jendela kamar yang tingginya  sekitar dua kali tinggi badan gue waktu itu gue dramatisir layaknya gedung menara petronas gue naik layanya spiderman dan turun layaknya Lara Croft, yeah Angelina jolie di film Tomb Raider, sayangnya karena posisi kaki dan lutut gak lurus akhirnya tempurung lutut gue geser dan sampe sekarang setiap mendaki gunung gue spesialis bisa naik gak bisa turun ( bagi para pendaki pasti tau alasan antara kerusakan sendi lutut sama turun dari ketinggian, termasuk mantan kekasih gue yang setia menuntun gue+gendongin Carrier gue waktu itu ecieeeee J)
Entah apa yang kedua orang tua gue panjatkan kepada Tuhan waktu menginginkan gue hadir di bumi ini atau mungkin gue yang salah gaul sampe punya tomboy gak ketulungan sampe-sampe dulu waktu TK gue ng-fans abis sama yang namanya Jiban serial anak dai Jepang jaman bahela dimana ada manusia baja pembela kebenaran dan gue selalu percaya bahwa di setiap langkah dan hal yang gue lakuin pasti selalu ditemani si jiban sampe-sampe sering ngobrol sendiri layaknya jiban selalu mendapingi bahkan ketika kegiatan senam pagi setiap hari senin bersama bu Guru ! lebih aneh lagi ketika gue cemburu sama gadis cilik bernama Mayumi yang selalu ditolong Jiban, tentu saja itu hanya di TV. Haish, cinta monyet segitiga yang absurd ! oke lupakan soal tomboy dan tololnya gue waktu dulu bahkan kalo bisa gue pengen kembali lagi ke masa itu dan bilang ke orang tuanya kalau di otak anak itu ada syaraf yang sedikit terpelintir dan mohon untuk segera diperbaiki.

Saat gue kuliah dimana pergaulan semakin luas dan berbagai karakter temen gue temui dan disinilah gue semakin menelaah mendalami tentang berbagai arti cinta dan jenis cinta tentu saja termasuk  cinta lawan jenis dan sejenis. Lho, sejenis ?
Suatu ketika gue kenal cewek namanya Anjani, sebelum lu ketemu orangnya pasti lu bisa bayangin karakter sosok Anjani seperti apa, dari namanya. Feminine bukan ? yup gue juga nyangka begitu tapi kenyataan lain dia tomboy abis. Ndilalahnya saat pertama ketemu posisi gue yang gak pake krudung dia tau kalau gue yaaa..bisa dikatakan bergaya ‘tomboy’ begitu  dan yang gue nggak tau entah apa yang dia pikirkan ‘bout gue. bicara soal cinta, emosi dan hasrat kembali adalah misteri yang di dalamnya sungguh benar-benar rumit  hingga pelaku cinta sendiri pasti akan bingung sebenarnya cinta itu apa dan bekerja semacam apa.  Jujur, (waktu itu)  semakin gue punya ketertarikan untuk semakin mendekati anak ini dengan rasa penasaran gue tentang seperti apa sebenarnya cinta sejenis yang sekarang semakin menjamur dikalangan anak remaja Indonesia. Ya, dia masuk dalam komunitas pencinta sesama jenis dan mereka menyebutnya, BELOK sebagai suatu kesadaran penyimpangan yang mereka lakukan. Haha ! ada banyak alasan ketika seseorang bisa menjadi belok dengan berbagai faktor tentunya dan menurut pengamatan gue tentunya belum teruji secara klinis oleh seorang ahli tapi gue pernah mengujinya dimana setiap orang punya potensi belok. Yup, suatu ketika gue ngobrol ‘bout belok ke temen gue dia cewek yang posisinya dia sedang putus cinta dengan pasangan lawan jenisnya dalam keadaan kita berenang bareng dimana gue bergaya tomboy  dan tiba-tiba dia menghentikan obrolan gue, ‘plis, hentikan ngobrol soal belok karena semakin lu cerita ada indikasi gue mulai suka sama lu dan ini bahaya !’ sambil dia berlalu pergi masuk kamar ganti.  Di bawah shower  gue terbengong. Diem.

Cerita Anjani tentang lika-liku hubungan lawan jenis selalu gue cerna melalui prespektif gue sendiri. Soal perhatian gue rasa memang gak pandang jenis kelamin kepada siapa saja dan jujur gue juga punya rasa perhatian ke Anjan.i entah sebagai adik, teman dan ataupun faktor x yang terkadang sulit dicerna dengan akal rasional yang didalamnya dapat menimbulkan ketenangan, rasa senang, dan tersayangi ya itu lumrah saja, bukan?Tapi  mungkin rasa itulah yang oleh komunitas belok ini dikembangkan dan terdefinisikan menjadi cinta, terlahir menjadi suatu ikatan hubungan layaknya normal pertemuan kutub yang berbeda dan saling bertemu, menyalahi kodrat ? itu pasti, namun siapa yang bisa mendefinisikan kesalahannya ? gue rasa tak akan ada titik  temu selama setiap pihak dari yang mengaku mereka normal ataupun belok saling membenarkan dan menguatkan alasan masing-masing. Cinta sesama jenis dan cinta lawan jenis punya potensi yang sama dalam patah hati dan terluka.

Segala makna dan jenis cinta sudah pasti mengakar pada cinta sejati dari Tuhan sang Pencipta dan hanya cinta sejatilah yang akan selalu abadi untuk selamanya.

Nye_
22/04/2013